STKIP WIDYA YUWANA STUDI BANDING KE STF DRIYARKARA JAKARTA

Penulis: Aris ; Tanggal 2 Oktober 2020

Berani keluar dari comfort zone, begitulah langkah yang diambil oleh rombongan mahasiswa STKIP Widya Yuwana angkatan 2016, mereka memperluas wawasan dan merintis jejaring untuk kemajuan adik-adik tingkatnya dan demi eksistensi kampus STKIP Widya Yuwana tercinta.

Diawali dari keinginan untuk mengisi liburan kuliah yang digagas secara santai. Lima orang mahasiswa mengajukan usul untuk melakukan studi banding ke kampus STF Driyarkara Jakarta. Setelah mengalami serangkaian diskusi, akhirnya mahasiswa tingkat 4 ini membuat tim kerja untuk menggalang dana. Segala daya upaya dilakukan mahasiswa tingkat 4 ini, mulai dari bersama-sama menjual makanan siap saji, mengisi rekoleksi hingga mengisi koor. Dari hasil kebersamaan itu akhirnya terkumpul dana sebesar 20 juta. Dari dana kolektif yang diperoleh bersama-sama itu akhirnya masing-masing peserta tinggal menanggung biaya pribadi sebesar Rp 500.000,-.

Agenda utama mereka adalah studi, aksi dan refleksi atas panggilan iman sebagai calon katekis sekaligus merangkai jejaring untuk memperkuat solidaritas dan transformasi pengetahuan. Sesampai di kampus STF Driyarkara Jakarta mahasiswa merasakan suasana baru dalam belajar. “Saya merasakan adanya hal baru dalam cara belajar. Belajar dengan pilihan perkuliahan berdasarkan bakat dan minat mahasiswa. Dari suasana belajar yang terbangun, kami merasa diterima sehingga suasana belajar menjadi lebih segar,” ungkap Didi Cahyono, mahasiswa angkatan 2016 asal Paroki Kanak-Kanak Yesus, Marau, Ketapang, Kalimantan Barat yang juga merupakan salah satu inisiator kegiatan studi banding ini.

Tidak hanya mengenai belajar didalam ruangan, para Frater yang juga berstatus sebagai mahasiswa STF Driyarkara pun juga dengan terbuka mau mendampingi mahasiswa STKIP Widya Yuwana di lapangan atau live in di wilayah dampingan sosial mereka. Para mahasiswa diajak untuk tinggal sejenak bersama kaum miskin di kawasan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Cilincing dan berbagi di komunitas San Edigio.

Yulius Sutanggang Sota, yang juga inisiator dalam kegiatan studi banding ini, menceritakan pengalamannya mengenai metode pendampingan sosial tersebut. Ia merasakan kebersamaan atau berbela rasa saat diajak membagi sembako oleh komunitas San Edigio pada warga miskin. “Tidak hanya berbagi sembako saja, yang penting adalah adanya interaksi sosial dan mendengarkan keluhan serta harapan-harapan mereka. “Tidak hanya berbagi rejeki, mahasiswa STKIP Widya Yuwana juga diajak para Frater untuk singgah dan berinteraksi dengan warga dampingan yang ada di TPA Cilincing. Dengan kondisi yang seperti itu, kami merasa mendapatkan ilmu atau metode pendampingan sosial dalam terang iman. Ini yang menjadikan semangat Vinsensian terasa menjadi lebih nyata dalam tindakan,” jelas Yulius.

Tidak hanya itu, mahasiswa STKIP Widya Yuwana juga ada yang diajak untuk menjadi pengajar di sekolah hingga pelayanan berupa koor. Kegiatan studi banding ini diakhiri dengan acara audiensi bersama Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo. “Bersama Bapak Uskup, kami dibekali materi mengenai peran awam dan relevansinya dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta serta katekese kebangsaan,” demikian tutup Yulius.

About the Author

You may also like these