SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2025 : STKIP Widya Yuwana Gali Inovasi Katekese Berbasis AI

“BERKATEKESE BERSAMA ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI)”
“jangan pakai AI untuk mengerjakan PR ya, karena dosen akan tahu” – Romo Ferdian, Pr

Penulis : Regina Pramesti Nareswari

Seminar Nasional Pendidikan dilaksanakan pada hari Kamis, 27 November 2025, di Auditorium STKIP Widya Yuwana Madiun. Seminar Nasional Pendidikan ini merupakan puncak dari mata kuliah Seminar Pendidikan yang sedang diampu oleh mahasiswa semester 7 – Angkatan St. Bonaventura.
Hal ini menjadi ruang perjumpaan baik yang mempertemukan para pendidik, mahasiswa, praktisi, dan pemerhati pendidikan dari berbagai daerah untuk bersama menggali inspirasi, membangun wawasan, dan merumuskan masa depan pendidikan yang lebih humanis dan relevan.
Pada tahun ini, tema besar yang diangkat adalah “Berkatekese bersama Artificial Intelligence (AI)”.  Tema ini menjadi wujud komitmen untuk menjawab dinamika zaman, khususnya peran teknologi dalam mendukung karya pendidikan dan katekese di era digital. Tentunya, kegiatan ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, katekis, serta pegiat pendidikan iman dari berbagai daerah yang mana bisa dijangkau melalui zoom meeting dan live streaming youtube.
Seminar Nasional Pendidikan diawali dengan pembukaan resmi melalui doa, lagu Indonesia Raya, lagu Mars STKIP Widya Yuwana, sambutan dari ketua panitia yaitu Lediana Lihadia Bora (mahasiswa semester 7), dan sambutan ketua STKIP Widya Yuwana Madiun yaitu Dr. Alexius Dwi Widiatna S. S., M. Ed. Acara dilanjutkan dengan tiga materi utama yang membahas peran dan tantangan AI dalam katekese dan pendidikan iman di era digital.

SESI I – RD. Ferdian Dwi Prastiyo, Lic., Theol: “Katekese dan Iman di Era AI”

Romo Ferdian menekankan bahwa perkembangan AI membawa peluang sekaligus tantangan bagi kehidupan iman. Data menunjukkan masyarakat Indonesia sangat aktif menggunakan AI, termasuk dalam kegiatan belajar dan mencari informasi. Namun, penggunaan AI tidak dapat menggantikan kedalaman makna hidup, relasi manusia dengan Allah, dan formasi iman.
Beliau menegaskan bahwa:

  • AI harus digunakan berdasarkan prinsip iman, bukan untuk menggantikan perjumpaan pribadi.
  • Katekese tetap merupakan perjumpaan sejati yang menumbuhkan relasi dengan Kristus.
  • AI dapat menjadi alat bantu, tetapi tidak menawarkan makna hidup — hanya Allah yang dapat memberikannya.
  • Formasi iman membutuhkan disiplin, tanggung jawab, dan kehadiran nyata.

Resume Romo Ferdian: Katekese adalah perjumpaan iman yang hidup. AI membantu, tetapi tidak menggantikan pribadi dan relasi.

SESI II – Kanisius Komsiah Dadi, S. Pd., M. Pd: “Berkatekese Keluarga Berbantuan AI”

Bapak Dadi menyoroti keluarga sebagai ecclesia domestica dan pusat pewartaan iman. Orang tua harus lebih dahulu mengalami iman sebelum mengajarkannya kepada anak.
Poin penting:

  • AI dapat digunakan untuk membantu refleksi, membuat bahan, atau memetakan dinamika keluarga.
  • Kesadaran pribadi, kebebasan, dan kemampuan mengambil keputusan harus tetap diutamakan agar tidak “menjadi budak AI”.
  • Proses belajar iman tetap melibatkan aksi, refleksi, pengalaman, dan makna.
  • AI mempermudah proses kreatif, namun perlu digunakan dengan bijak agar tetap mindful, meaningful, dan joyful.

Resume Bapak Dadi: AI adalah alat, tetapi tujuan akhir katekese adalah pertumbuhan diri dan kedewasaan iman, bukan ketergantungan pada teknologi.

SESI III – Natalis Sukma Permana, S. Pd., M. Pd: “Katekese Cerdas Memanfaatkan AI untuk Membina Iman”

Ibu Nat menampilkan contoh pengajaran Kitab Suci menggunakan video berbasis AI untuk anak-anak (BIAK). Ia menunjukkan bahwa AI dapat memperkaya metode katekese, terutama melalui visualisasi, role-play, dan pembuatan naskah drama.
Poin penting:

  • Katekese tetap memerlukan sentuhan hati.
  • AI memudahkan perancangan materi sesuai kelompok kategorial.
  • Katekis tetap harus kreatif dan terlibat penuh, bukan sekadar menyalin dari AI.
  • Tujuan akhir katekese tetap mengarahkan semua pada Kristus.

Resume Ibu Nat: AI membantu kreativitas, tetapi kehadiran pribadi dan sentuhan hati katekis tidak tergantikan

Dalam sesi diskusi, para narasumber dan peserta sepakat bahwa AI merupakan sarana yang snagat berguna, namun juga tetap memerlukan batasan serta pendampingan yang baik. Katekis ditantang untuk kreatif, adaptif, dan tetap setia pada nilai-nilai teologis. Teknologi menjadi sebuah media, sedangkan tujuan utama dari katekese adalah sarana pertumbuhan iman dan perjumpaan dengan Kristus.
Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat, ucapan terimakasih kepada donatur, doa penutup, serta lagu Hymne STKIP Widya Yuwana.
Kini, seminar ini menjadi langkah bersama untuk terus menghadirkan pendidikan iman yang tanggap zaman, tanpa kehilangan kedalaman spiritualitas. STKIP Widya Yuwana akan terus melangkah menghadirkan pendidikan yang unggul, humanis, dan transformatif.

About the Author

You may also like these